Sabtu, 19 Maret 2016

Kisah Keperkasaan Limonu

Cerita Rakyat dari Gorontalo


http://dongengceritarakyat.com/wp-content/uploads/2015/07/Kumpulan-Dongeng-Anak-Bergambar.jpg

Malam itu, saat Limonu sedang membersihkan kerisnya, ibunya berkata, “Nak, bagaimana perkembangan latihan silatmu belakangan ini? Apakah sekarang kau sudah mahir?”
Limonu menoleh, agak janggal baginya mendengar sang ibu bertanya demikian. “Sudah lumayan, Bu. Ada apa memangnya?” tanya Limonu.
Ibunya menghela napas, “Begini Nak. Ibu ingin bercerita padamu tentang kematian ayah dan kakakmu.”
Limonu langsung menghentikan kegiatannya lalu menyimpan kerisnya ke dalam kotak. Ia ingin mendengar cerita ibunya yang terjadi sebelum ia lahir.
“Dulu, ayahmu adalah penguasa di daerah ini. Kau tahu kan benteng-benteng di sekitar rumah ini? Semua itu warisan dari ayahmu. Dulu ia bercita-cita akan memperluas daerah kekuasaan sampai ke utara. Ibu sudah berusaha mencegahnya, tapi ayahmu tetap keras kepala. Ayahmu bahkan mengangkat kakakmu Pahu untuk menjadi pemimpin Pasukan Berani Mati. Lalu mereka menyerang daerah utara.”
Limonu menyimak cerita ibunya dengan saksama, “Lalu apa yang terjadi,Bu?”
“Mereka gagal. Pemimpin daerah utara ternyata lebih hebat dari ayahmu. Ia tewas, dan ketika kakakmu melawan, orang itu juga membunuhnya,” cerita ibunya sambil terisak.
Darah Limonu mendidih, “Siapa yang membunuh Kakak dan Ayah, Bu? Aku harus menuntut balas,”
Ibunya menjawab, “Ibu harap kau tak terkejut. Saat itu pemimpin daerah utara adalah Hemuto. Dia orang yang membunuh ayah dan kakakmu. Setelah membunuh mereka, ia mengambil alih wilayah barat yang sebeIumnya dikuasai oleh ayahmu.”
Limonu syok. Ia tak menyangka, Hemuto, guru yang selama ini ia hormati, guru yang telah menurunkan ilmu silat kepadanya, adalah pembunuh ayahnya.
“Tidak mungkin, Bu! Itu tidak benar! Mengapa guru yang kuhormati itu membunuh Ayah?” tanya Limonu sambil menggeleng-gelengkan kepala tak percaya.
Setelah diam beberapa saat, ibunya bertanya, “Apa yang akan kau Iakukan, Nak?”
“Meski Hemuto adalah guruku, aku tetap akan menuntut balas. Apalagi, ia juga telah merebut wilayah kekuasaan Ayah. Namun, aku akan tetap menghormatinya sebagai guru. Aku akan memintanya mengembalikan wilayah tersebut. Jika ia bersedia, aku tidak akan menuntut balas atas kematian Ayah dan Kakak,” jawab Limonu.
Kumpulan Dongeng Anak Bergambar Kisah Limonu

Sejenak ibunya terdiam mendengar jawaban anaknya, lalu berkata, “Jika demikian, kau harus mempersiapkan pasukanmu untuk melawan Hemuto.”
Setelah pengakuan itu, Limonu sibuk mempersiapkan Pasukan Berani Mati. Ia melatih mereka siang dan malam. Selain itu, pasukan itu juga ia kerahkan untuk membantu penduduk di wilayah barat dan utara. Karena kebaikannya penduduk di kedua wilayah tersebut mencintai Limonu dan pasukannya.
Malam itu adalah pertemuan para pendekar silat dari seluruh daerah, yang dipimpin oleh Hemuto. Di tengah-tengah pertemuan, Limonu menyela, “Maaf, Guru. Apa yang seharusnya kulakukan pada seseorang yang membunuh ayah dan kakakku, tapi ia juga seorang yang sangat kuhormati? Apakah aku harus menuntut balas padanya?”
Mendengar pertanyaan murid yang dicintainya itu, sadarlah ia kalau Limonu hendak menuntut balas atas kematian ayah dan kakaknya. Hemuto balik bertanya, “Jika aku katakan ya, apa yang akan kau lakukan?”
“Jika demikian, bersiaplah Guru untuk bertempur denganku! Tapi, jika Guru bersedia mengembalikan wilayah barat yang dulu merupakan tanah kekuasaan ayahku, aku akan berusaha melupakan semua dendam ini,” jawab Limonu.
“Kurang ajar! Kau anak kemarin sore sudah berani menantangku?” teriak Hemuto sambil menghunus pedangnga.
Malam itu, benteng Otanaha menjadi saksi atas pertempuran antara Limonu dan gurunya, Hemuto. Berkat pasukannya dan penduduk yang mendukungnya, Limonu berhasil memenangkan pertarungan. Sepertinya Hemuto lupa kalau selama ini ia telah mendidik Limonu dengan baik. Seluruh ilmu silatnga telah ia turunkan pada Limonu. Tak heran, Limonu mampu mengalahkannya.
Hemuto dan pasukannya melarikan diri ke utara. Ia malu, karena kejadian tersebut penduduk menjadi tidak menghargainya. Apalagi sekarang Limonu menjadi penguasa wilayah barat. Penduduk setempat merasa kepemimpinan Limonu jauh lebih baik daripada Hemuto.
Tak mau tinggal diam, Hemuto pun merancang serangan bolas dendam. Dengan bantuan orang-orang yang masih setia padanya, Hemuto menyerang wilayah barat.
Tapi serangan tersebut dapat dipatahkan. Hemuto berusaha menyerang kembali pada satu kesempatan lain dengan cara mengepung benteng. Namun, Limonu bersama rakyatnya menggulingkan batu-batu dan pasukannya sambil menyerukan “Dembenga! Dembenga timongoliyo!”, yang artinya “Lempar! Lempari mereka!”
Sebagian besar pasukan Hemuto tewas, tapi Hemuto berhasil melarikan diri ke wilayah utara. Sekarang, tempat pertempuran itu dinamai Desa Dembe yang berasal dari kata dembenga.
Pesan moral  : Kisah Keperkasaan Limonu untukmu adalah Balas dendam bukanlah tindakan yang terpuji. Jika temanmu berbuat salah, berusahalah memaatkan dan berdaniai dengannya.
Cerita Legenda Kalimantan ( Batu Menangis )
Disebuah bukit yang jauh dari desa, didaerah Kalimantan hiduplah seorang janda miskin dan seorang anak gadisnya.
Anak gadis janda itu sangat cantik jelita. Namun sayang, ia mempunyai prilaku yang amat buruk. Gadis itu amat pemalas, tak pernah membantu ibunya melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah. Kerjanya hanya bersolek setiap hari.
Selain pemalas, anak gadis itu sikapnya manja sekali. Segala permintaannya harus dituruti. Setiap kali ia meminta sesuatu kepada ibunya harus dikabulkan, tanpa memperdulikan keadaan ibunya yang miskin, setiap hari harus membanting tulang mencari sesuap nasi.
Pada suatu hari anak gadis itu diajak ibunya turun ke desa untuk berbelanja. Letak pasar desa itu amat jauh, sehingga mereka harus berjalan kaki yang cukup melelahkan. Anak gadis itu berjalan melenggang dengan memakai pakaian yang bagus dan bersolek agar orang dijalan yang melihatnya nanti akan mengagumi kecantikannya. Sementara ibunya berjalan dibelakang sambil membawa keranjang dengan pakaian sangat dekil. Karena mereka hidup ditempat terpencil, tak seorangpun mengetahui bahwa kedua perempuan yang berjalan itu adalah ibu dan anak.
Ketika mereka mulai memasuki desa, orang-orang desa memandangi mereka. Mereka begitu terpesona melihat kecantikan anak gadis itu, terutama para pemuda desa yang tak puas-puasnya memandang wajah gadis itu. Namun ketika melihat orang yang berjalan dibelakang gadis itu, sungguh kontras keadaannya. Hal itu membuat orang bertanya-tanya.
Di antara orang yang melihatnya itu, seorang pemuda mendekati dan bertanya kepada gadis itu, "Hai, gadis cantik. Apakah yang berjalan dibelakang itu ibumu?"
Namun, apa jawaban anak gadis itu ?
"Bukan," katanya dengan angkuh. "Ia adalah pembantuku !"
Kedua ibu dan anak itu kemudian meneruskan perjalanan. Tak seberapa jauh, mendekati lagi seorang pemuda dan bertanya kepada anak gadis itu.
"Hai, manis. Apakah yang berjalan dibelakangmu itu ibumu?"
"Bukan, bukan," jawab gadis itu dengan mendongakkan kepalanya. " Ia adalah budakk!"
Begitulah setiap gadis itu bertemu dengan seseorang disepanjang jalan yang menanyakan perihal ibunya, selalu jawabannya itu. Ibunya diperlakukan sebagai pembantu atau budaknya.
Pada mulanya mendengar jawaban putrinya yang durhaka jika ditanya orang, si ibu masih dapat menahan diri. Namun setelah berulang kali didengarnya jawabannya sama dan yang amat menyakitkan hati, akhirnya si ibu yang malang itu tak dapat menahan diri. Si ibu berdoa.
"Ya Tuhan, hamba tak kuat menahan hinaan ini. Anak kandung hamba begitu teganya memperlakukan diri hamba sedemikian rupa. Ya, tuhan hukumlah anak durhaka ini ! Hukumlah dia...."
Atas kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, perlahan-lahan tubuh gadis durhaka itu berubah menjadi batu. Perubahan itu dimulai dari kaki. Ketika perubahan itu telah mencapai setengah badan, anak gadis itu menangis memohon ampun kepada ibunya.
" Oh, Ibu..ibu..ampunilah saya, ampunilah kedurhakaan anakmu selama ini. Ibu...Ibu...ampunilah anakmu.." Anak gadis itu terus meratap dan menangis memohon kepada ibunya. Akan tetapi, semuanya telah terlambat. Seluruh tubuh gadis itu akhirnya berubah menjadi batu. Sekalipun menjadi batu, namun orang dapat melihat bahwa kedua matanya masih menitikkan air mata, seperti sedang menangis. Oleh karena itu, batu yang berasal dari gadis yang mendapat kutukan ibunya itu disebut " Batu Menangis ".
Demikianlah cerita berbentuk legenda ini, yang oleh masyarakat setempat dipercaya bahwa kisah itu benar-benar pernah terjadi. Barang siapa yang mendurhakai ibu kandung yang telah melahirkan dan membesarkannya, pasti perbuatan laknatnya itu akan mendapat hukuman dari Tuhan Yang Maha Kuasa.