Kamis, 10 September 2015

Cerita Rakyat Sangkuriang : Asal Muasal Tangkuban Perahu

Dahulu kala di sebuah Khayangan. Ada seorang Dewa dan Dewi membuat kesalahan di Khayangan. Mereka harus menjalani hukuman di Bumi. Dan harus berbuat kebaikan. Keduanya berubah bentuk menjadi seekor Babi dan seekor Anjing.
Babi hutan jelmaan Dewi bernama Wayung Hyang, dan seekor Anjing jelmaan bernama Tumang. Babi hutan harus melakukan berbagai kebaikan di dalam hutan. Dan anjing jelmaan Dewa itu mengabdi di sebuah kerajaan sebagai Anjing pemburu pada seorang Raja bernama Sungging Perbangkara.
Cerita Rakyat Sangkuriang Tangkuban Perahu

Suatu hari, Raja Sungging Perbangkara sedang berburu kehutan di tepi kerajaan. Seusai berburu Raja Sumbing Perbangkara buang air kecil pada sebuah Daun Caring. Ia langsung meninggalkan Daun Caring yang di dalamnya ada air kencingnya yang tergenang. Setelah meninggalkan tempat itu, tiba-tiba datanglah seekor Babi yang sedang kehausan. Kemudian meminum air kencing sang Raja tersebut. Tidak di sangka Wayung Hyang hamil. Ternyata, air kencing Raja Sumbing Perbangkara mengandung Sperma yang dapat menyebabkan Wayung Hyang hamil.
Beberapa bulan kemudian, Wayung Hyang melahirkan seorang Putri yang sangat cantik jelita. Ia membersihkan tubuh Bayi itu dengan cara menjilatinya. Kemudian, Wayung Hyang langsung meletakkan Bayi itu di atas batu yang sangat besar di balik semak-semak. Dan berharap Raja Sumbing Perbangkara dapat menemukannya.
Sumbing Perbangkara sangat suka berburu dan kembali ke dalam hutan. Sungging Perbangkara yang sedang memburu Kijang, mendengar suara tangisan Bayi. Ia mencari asal suara tersebut dan di temani oleh Anjingnya bernama Tumang. Akhirnya, ia menemukan Bayi perempuan itu. Ia sangat terkejut dan membawanya ke istana. Ia mengangkat Bayi Perempuan tersebut sebagai anaknya dan diberi nama Dayang Sumbi
Waktu berjalan dengan cepat. Dayang Sumbi tumbuh menjadi seorang putri yang sangat cantik jelita. Dayang Sumbi sangat pandai menenun. Sehingga banyak pria yang berdatangan ke istana untuk meminangnya. Namun, tidak satupun lamaran dari mereka di terima.
Dayang Sumbi tidak ingin ada pertumpahan darah jika salah satu dari mereka di terima lamarannya. Akhirnya, ia meminta ijin kepada ayahnya untuk mengasingkan diri dari kerajaan. Awalnya, Sumbing Perbangkara tidak mengijinkan. Namun, akhirnya mengijinkan dan di bawalah Anjing itu bersama putrinya.
Sang Raja, membuatkan sebuah gubuk di pinggir hutan. Dayang Sumbi menghabiskan waktunya untuk menenun.
Pada suatu malam, ketika Dayang Sumbi sedang menenun, tiba-tiba gulungan benang terjatuh ke luar pondok. Karena sudah malam, ia takut untuk mengambil gulungan benang tersebut. Tanpa ia sadari, ia bersumpah. ‘’ Siapapun yang mengambilkan gulungan benang itu untukku, jika perempuan akan aku jadikan sebagai saudara, sedangkan jika laki-laki akan ku jadikan suami.’’
Tanpa ia sadari sebelumnya, tiba-tiba datang seekor Anjing jantan berwarna hitam yang di tugaskan Raja untuk menemani Dayang Sumbi menghampirinya, dan membawa gulungan benang tersebut. Ia sangat terkejut. Namun, apa mau di kata, ia sudah bersumpah dan harus menepati janjinya.
‘’ Baiklah, Tumang, aku sudah berjanji dan aku harus menepatinya. Meskipun kamu seekor Anjing, aku tetap mau menjadi istrimu.’’ Ujarnya.
Mendengar ucapan Dayang Sumbi, Anjing hitam itu berubah menjadi Pemuda yang sangat tampan. Dayang Sumbi sangat terkejut melihat pemuda tampan di depannya.
‘’ Heii, siapa kamu? Mengapa tiba-tiba ada di gubukku?’’
‘’ Maaf, tuan putri. Saya adalah jelmaan Dewa.’’ Jawab pemuda itu.
Dayang Sumbi dan Pemuda tampan itu. Akhirnya menikah, keduanya sepakat untuk merahasiakan pernikahan mereka kepada Raja Sungging Perbangkara. Kemanapun ia pergi, ia selalu di temani oleh suaminya si Tumang. Tidak ada satu orangpun yang tahu bahwa si Tumang adalah jelmaan Dewa, setiap malam purnama, Tumang berubah menjadi Pemuda tampan.
Akhirnya, setelah satu tahun mereka menikah. Dayang Sumbi melahirkan seorang anak laki-laki yang sangat tampan. Dayang Sumbi akhirnya memberikan nama Sangkuriang. Dengan berjalannya waktu Sangkurian tumbuh menjadi anak yang tampan, pandai, rajin dan ia mulai mahir memanah dengan sangat baik. Sangkuriang sangat suka berburu ke dalam hutan.
Suatu hari, Dayang Sumbi menyuruh Sangkuriang untuk berburu Rusa ke hutan. Dayang Sumbi ingin sekali memaka hati Rusa. Sangkuriang sangat berharap bisa mendapatkan hati seekor Rusa untuk di berikan kepada ibunya. Sudah seharian ia berburu. Namun, tidak ada satu ekor pun yang ia dapatkan. Tiba-tiba, ketika ia hendak pulang. Ia melihat seekor Babi hutan Wayung Hyang melintas di depannya. Sangkuriang segera mengarahkan panahnya. Namun, Wayunh Hyang berlari sangat gesit. Sangkuriang sangat marah dan kesal dan memerintahkan Tumang untuk mengejarnya.
‘’ Tumang, Cepat kejar Babi itu?’’ ujarnya dengan marah.
Tumang yang mengetahui bahwa Babi buruannya tersebut adalah Wayung Hyang. Ia diam saja tidak menuruti perintah Sangkuriang. Beberapa kali Sangkuriang berteriak. Namun, tumang tetap tidak bergerak. Ia tambah kesal melihat tingkah si Tomang.
Sangkuriang sangat marah kepada Tumang, dan mengarahkan anak panahnya. Tanpa sengaja. Ia melepaskan anak panah itu dan mengenai kepala si Tumang. Anjing itu pun langsung mati seketika. Sangkuriang merasa takut dan merasa bersalah. Lalu, ia mengambil hatinya. Ia langsung membawa hati tersebut pulang ke rumah dan dberikan kepada ibunya. Dayang Sumbi sangat gembira, ia mengira hati yang di berikan anaknya adalah hati seekor rusa. Setelah di masak dan makan bersama, Dayang Sumbi tidak melihat si Tumang dan menanyakannya.
‘’ Anakku, di mana Tumang? Bukankah ia ikut pergi berburu bersamamu?’’ Tanya Dayang Sumbi.
Sangkuriang sangat bingung dan tidak bisa berbohong. Akhirnya ia mengatakan dengan jujur.
‘’ Maaf bu, aku tidak sengaja membunuhnya! Hati yang kita makan itu adalah hati si Tumang.’’ Jawabnya dengan gelisah
Dayang Sumbi sangat marah. Karena Sangkuriang sudah membunuh ayah kandungnya sendiri.
‘’ Apa yang kamu katakana? Kamu sudah membunuhnya? Dasar anak tidak tahu diri kau!’’ seru Dayang Sumbi sambil memukul kepalanya dengan sendok nasi dan mengeluarkan darah, lukanya membekas dan tidak dapat hilang. Sangkuriang sangat sedih dan pergi dari gubuk itu.
Dayang Sumbi, selalu menunggu kedatangan putranya. Namun, ia tak kunjung datang. Ia merasa sangat menyesal telah memukulnya dan membiarkan ia pergi dari rumah. Setiap hari ia selalu berdoa untuk bertemu anaknya. Tuhan mengabulkan doanya. Ia di berikan kecantikan yang abadi.
Sangkuriang berjalan di tengah hutan dengan luka di kepalanya. Karena tidak kuat menahan rasa sakit. Ia langsung pingsan. Ketika ia sadar, ia sangat terkejut dan melihat seorang Kakek tua.
‘’ Kakek, siapa ? aku ada dimana.” Tanyanya.
‘’ Tenanglah anak muda, aku seorang petapa. Kakek menemukanmu pingsan dan terluka parah. Kamu sekarang ada di dalam gua pertapaanku.’’ Jawabnya.
Perlahan Kakek tua itu bertanya asal usul Sangkuriang. Namun, Sangkuriang tidak dapat mengingat masa lalunya. Bahkan namanya sendiri. Ki Ageng memanggilnya dengan nama Jaka. Ki Ageng merawat Sangkuriang sampai sembuh, dan mengajarinya ilmu bela diri dan kesaktian mandraguna. Setelah beberapa tahun Sangkuriang belajar ilmu kesaktian dan tumbuh menjadi Pemuda yang sangat tampan. Dengan kesaktiannya, ia dapat memanggil mahluk-mahluk halus ( gaib )
Suatu hari, ia pergi kedalam hutan. Ia berjalan mengikuti langkah kakinya, hingga ia sampai di sebuah gubuk di tepi hutan. Karena ia merasa haus, ia meberanikan diri untuk datang ke gubuk itu untuk meminta minum. Tak di sangka, penghuni gubuk itu adalah gadis yang sangat cantik jelita. Gadis cantik itu adalah Dayang Sumbi ibunya sendiri. Saat pertama kali melihat pemuda yang datang kerumahnya ia tidak menyangka bahwa Jaka adalah anaknya Sangkuriang. Sangkuriang jatuh cinta melihat Dayang sumbi yang sangat cantik itu. Dan ingin menjadikannya sebagai istrinya.
Keesokan harinya. Jaka pergi untuk berburu. Namun, sebelum ia berburu ia mampir ke gubuk untuk bertemu Dayang Sumbi. Tanpa sengaja ikat kepalanya sedikit naik ke atas dan terlihatlah bekas luka Jaka. Bekas luka itu sangat mirip dengan bekas luka yang dimiliki putranya. Dayang Sumbi pun menanyakan bekas luka tersebut.
‘’ Kenapa ada bekas luka di kepalamu Jaka?’’ Tanya Dayang Sumbi.
Namun, Jaka tidak dapat mengingat masa lalunya. Ia hanya menceritakan pertemuannya dengan pertapa dan ia di selamatkan saat terluka parah. Mendengar cerita tersebut, Dayang Sumbi sangat terkejut. Dia yakinlah bahwa Jaka adalah anaknya sendiri Sangkuriang.
Dayang Sumbi pun merasa sangat bingung, ia tidak mungkin menikah dengan anaknya sendiri. Ia berusaha menyakinkan Sangkuriang bahwa ia adalah ibunya. Namun, Sangkuriang tidak percaya apa yang di ucapkan Dayang Sumbi. Melihat sikap putranya itu Dayang Sumbi sangat bingung. Setiap hari ia berpikir bagaimana cara membatalkan pernikahannya. Akhirnya, ia pun menemukan caranya, ia akan mengajukkan dua syarat. Jika kedua syarat dapat di penuhi oleh Sangkuriang, ia akan menikah dengannya. Namun, sebaliknya, jika gagal pernikahannya di batalkan. Suatu malam Dayang Sumbi menyampaikan kedua syaratnya tersebut.
‘’ Jika kamu tetap ingin menikah denganku, kamu harus memenuhi dua syarat.’’
‘’ Apakah syaratmu itu Dayang Sumbi?’’
‘’ Kamu harus membuatkan sebuah Danau dan perahu. Namun, danau dan perahu itu harus selesai sebelum matahari terbit.’’ Jawabnya.
‘’ Baiklah, Dayang Sumbi, kedua syarat mu akan aku penuhi.’’
Dengan menggunakan kesaktiannya, Sangkuriang segera memanggil pasukkan mahluk-mahluk halus untuk membantunya. Setelah mereka siap. Mereka mulai menggali tanah,dan menyusun batu-batu besar untuk membendung aliran sungai. Kemudian mereka menebang kayu-kayu yang sangat besar untuk membuat perahu.
Pada saat tengah malah, secara diam-diam Dayang Sumbi melihat pekerjaan Sangkuriang dan pasukannya. Ia sangat terkejut melihat danau dan perahu hampir selesai. Dayang Sumbi pun sangat gelisah. Ia langsung berlari ke desa untuk meminta bantuan kepada seluruh masyarakat. Akhirnya ia menggelar kain merah ke arah sebelah timur. Setelah bebera saat ia menggelar kain tenun buatanya itu. Muncullah cahaya kemerahan dari arah timur, seakan fajar mulai datang. Suara ayam jantan berkokok. Mahluk halus melihat fajar kemerahan akan datang dan mendengar suara Ayam berkokok mengira hati mulai pagi. Mereka pun pergi melarikan diri dan meninggalkan danau dan perahu yang hampir selesai itu.
Saat mengetahui Dayang Sumbi membohonginya, Sangkuriang sangat marah dan murka. Dengan kesaktianya ia menjebol bendungan yang di buatnya bersama pasukannya. Sehingga terjadi banjir yang sangat besar. Kemudian ia menendang perahu yang sudah hampir selesai itu terbang dan jatuh menelungkep. Perahu itu kini menjelma menjadi sebuah gunung yang di kenal dengan nama Tangkuban Perahu, yang artinya perahu terbalik.
"Pesan moral dari Cerita Rakyat Sangkuriang adalah jangan memaksakan kehendak kita kepada orang lain, saling menghargai dan mau menerima pendapat orang lain merupakan sifat yang terpuji".

Cerita Rakyat Betawi : Si Pitung

Pada zaman dahulu, di sebuah daerah Rawa Belong, lahirlah seorang pemuda saleh bernama Si Pitung. la adalah pemuda yang rajin mengaji pada Haji Naipin seorang ulama yang sangat terkenal dimasa itu. Selain itu ia dilatih silat selama bertahun-tahun hingga kemampuannya menguasai ilmu agama dan bela diri sangat meningkat dan luar biasa. Karena bakatnya dalam ilmu beladiri, kemampuan Pitung berada jauh diatas rata-rata para pesilat yang ada di Betawi pada masa itu.
Si Pitung hidup di zaman penjajahan Belanda, Si Pitung terketuk hatinya untuk membela rakyat Indonesia. la merasa iba menyaksikan penderitaan yang terus dialami rakyat kecil dan lemah. Sementara itu para kompeni atau orang-orang Belanda terus berkuasa juga sekelompok Tauke dan para Tuan tanah, mereka semua adalah para penguasa yang bergelimang harta. Harta kekayaan mereka termasuk rumah dan ladang dijaga oleh para centeng yang kuat dan galak.
Kemudian Si Pitung merencanakan perampokan terhadap para penguasa itu untuk membantu rakyat miskin. la dibantu oleh teman-temannya yaitu Si Rais dan Si Jii.
Kumpulan Cerita Rakyat Betawi Si Pitung

"Kami siap membantumu, Pitung!" ujar Si Rais penuh semangat yang kmeudian diikuti anggukan setuju Si Jii.
"Baiklah, kalau begitu mari susun siasat. Jika kita berhasil merampok, kita akan bagi-bagikan hasilnya pada rakyat-rakyat kecil yang membutuhkan!" ucap Si Pitung yakin, lalu ia dan kedua temannya Iangsung mengatur siasat untuk merampok. Teruslah ia dan teman-temannya merampok para penguasa itu, setelah mendapat hasil rampokannya, Si Pitung dan teman-temannya langsung membagi-bagikan pada rakyat miskin, di depan rumah keluarga yang kelaparan diletakannya sepikul beras. Diberikannya juga santunan berupa uang kepada keluarga yang dibelit hutang.
Anak yatim pun tak luput dari penglihatannya, diberikannya bingkisan baju dan bermacam-macam hadiah lainnya. Kejadian itu terus berlanjut, sampai para kompeni, orang-orang Tauke dan Tuan tanah menjadi geram dan ingin menangkapnya. Namun tak pernah berhasil karena Si Pitung dan kelompoknya bukan lah orang-orang sembarangan.
Banyak orang mengatakan keberhasilan Si Pitung dan teman-temannya dalam merampok ada dua hal yaitu yang pertama ia memiliki ilmu silat, pandai bela diri dan kebal, sebab kabarnya tubuh Si Pitung kebal terhadap peluru.
Kumpulan Cerita Rakyat Betawi Si Pitung Banteng Betawi

Dan yang kedua adalah orang-orang yang dibantunya tidak mau mengatakan dimana Si Pitung kini berada setiap para kompeni dan orang kaya perampokan Si Pitung membujuk atau memaksa rakyat.
Karena geram melihat kesetiaan rakyat pada Si Pitung, maka para kompeni dan para orang kaya itu menggunakan kekerasan memaksa para rakyat kecil membuka mulut. Hingga suatu hari kompeni, orang-orang Tauke dan para Tuan tanah berhasil mendapatkan informasi tentang orang tua Si Pitung dan Haji Naipin, maka kompeni dan para orang-orang kaya menyandera orang tua Si Pitung dan Haji Naipin.
"Katakan!!! Atau kau kutembak!" teriak para kompeni dan orang-orang kaya pada orang tua si Pitung dan Haji Naipin. Namun mereka tak mau menjawabnya. Akhirnya mereka disiksa dan terus disiksa dengan sangat kejam. Dengan siksaan yang amat berat akhirnya para kompeni dan orang-orang kaya itu mendapatkan informasi dimana Si Pitung berada juga rahasia kekebalan tubuhnya terhadap peluru.
Polisi para kompeni itu pun berhasil menyergap persembunyian Si Pitung dan teman-temannya. Si Pitung dan teman-temannya tak tinggal diam, mereka pun melawan sekuat tenaga. Namun informasi tentang rahasia kekebalan tubuh Si Pitung sudah diketahui para polisi kompeni yaitu dengan melempari Si Pitung telur-telur busuk lalu ditembak. Lalu tewaslah Si Pitung seketika. Kehilangan sudah pahlawan pembela rakyat kecil, namun meskipun demikan Si Pitung adalah kebanggaan masyarakat Jakarta.
"Pesan moral dari Kumpulan Cerita Rakyat Betawi : Si Pitung adalah Kita wajib membela negara danrakyat dari kesusahan namun dengan jalan yang baik"

Cerita Rakyat Bali Kebo Iwa : Asal Muasal Gunung dan Danau Batur

Pada zaman dahulu di sebuah desa hiduplah seorang raksasa yang sangat besar. Raksasa itu bernama Kebo Iwa. la sering menolong penduduk desa membangun rumah, membuat sumur dan mengangkat batu-batu besar. Kebo lwa tidak minta imbalan apapun, hanya saja masyarakat desa harus menyiapkan makanan yang banyak untuknya secara teratur.
Cerita Rakyat Bali Kebo Iwa Putra Bali

Semakin hari tubuh Kebo Iwa semakin besar, makannya sangat banyak sekali. Penduduk desa kerepotan harus menyediakan makanan itu setiap waktu. Porsi makan Kebo Iwa setara dengan menyiapkan makanan untuk seratus orang dewasa. Walaupun masyarakat desa sudah tidak membutuhkan kemampuan dan tenaganya, mereka tetap wajib menyiapkan masakan dan minuman untuk Kebo Iwa. Apabila Kebo Iwa tidak diberi makanan sampai dua hari misalnya, dia akan mengamuk dan melakukan pengrusakan apa saja yang ditemuinya, termasuk rumah warga dan pura. Kebun, sawah, dan ladang juga dirusaknya.
Hal itu membuat penduduk desa khawatir, walau penduduk desa sudah tidak membutuhkan tenaganya, mereka harus tetap menyediakan makanan untuk Kebo lwa. Sampai musim kemarau datang. Seluruh lumbung padi milik penduduk mulai menipis. Beras serta bahan makanan lainnya sangat sulit didapatkan. Hujan pun tak kunjung datang. Penduduk mulai khawatir keadaan Kebo lwa. Karena, apabila Kebo Iwa lapar pasti akan melakukan pengrusakan. Sedangkan persediaan bahan makanan sudah sangat menipis, untuk makan keluarga saja tidak cukup apalagi memberi makanan Kebo lwa.
Kekhawatiran penduduk desa akhirnya terjadi. Pada suatu waktu Kebo lwa merasa kelaparan, namun makanan belum juga disiapka karena persediaan makanan penduduk desa sudah tidak ada lagi. Kebo lwa menjadi marah dan melakukan pengrusakan. la merusak rumah-rumah penduduk. Bahkan Pura yang merupakan tempat ibadah juga tidak ia lewatkan.
"AKU LAPAR! MANA MAKANAN UNTUKKU!" teriaknya meraung-raung. Penduduk berlarian, mereka mengungsi ke desa tetangga.
Mereka berteriak-teriak ketakutan, "Tolong..! Tolong...!" semua panik dan takut menjadi terkaman raksasa itu.
Kebo lwa terus mengejar para penduduk itu sambil terus berteriak- teriak, "Mana makanan untukku! Atau kalian akan kuhancurkan!" Kebo lwa semakin ganas. la tidak hanya menghancurkan rumah serta bangunan lainnya, namun juga menyantap hewan-hewan ternak milik penduduk.

Cerita Rakyat Bali Kebo Iwa

Mengetahui kehancuran yang ditimbulkan Kebo lwa, penduduk desa menjadi sangat kesal dan marah. "Ini tidak bisa dibiarkan! Raksasa itu semakin menjadi-jadi!" ucap salah satu penduduk desa kesal. Kemudian mereka mencari ide untuk membunuh Kebo lwa. Setelah beberapa saat kemudian, mereka menemukan cara untuk mengatur siasat membunuh Kebo lwa.
Pada awalnya mereka berpura-pura mengajak berdamai dengan Kebo Iwa. Kemudian mereka mengumpulkan makanan yang sangat banyak dengan berbagai cara agar dapat menjalankan siasat mereka untuk membunuh Kebo lwa. Lalu setelah makanan terkumpul banyak kemudian mereka mendekati Kebo lwa yang sudah selesai makan seekor kerbau.
Kebo Iwa kekenyangan.  Lalu berbaring beralaskan rumput. "Hai Kebo lwa ...!" panggil Kepala Desa.
Kebo lwa menoleh, "Mau apa kalian mendekatiku?" tanya Kebo Iwa curiga.
Kepala Desa mulai meluncurkan aksinya, "Sebenarnya kami masih membutuhkan tenagamu, karena rumah-rumah dan pura banyak yang kau hancurkan. Bagaimana kalau kau membantu kami membangunnya kembali. Kami akan menyediakan makanan yang banyak untukmu sehingga kau tak kelaparan lagi," kata Kepala Desa mempengaruhi.
"Makanan? Kalian akan menyediakan makanan yang enak untukku? Makanan yang banyak?" mata Kebo Iwa berbinar. la bahagia mendengar kata makanan. "Aku setuju!" sahutnya cepat.
Kebo Iwa sangat senang, ia tidak mencurigai sedikit pun. Kebo Iwa mulai bekerja. Dengan waktu yang terhitung singkat, beberapa rumah selesai dikerjakan olehnya. Sementara itu, para penduduk sibuk mengumpulkan batu kapur dalam jumlah besar, itu akan menjadi salah satu alat untuk menjalankan siasat membunuh Kebo Iwa. Kebo Iwa merasa bingung melihat para penduduk sangat banyak mengumpulkan batu kapur. Padahal kebutuhan batu kapur untuk rumah dan pura sudah ia cukupkan.
"Mengapa kalian mengumpulkan batu kapur begitu banyak?" tanya Kebo Iwa ingin tahu.
"Wahai Kebo lwa yang baik hati! Ketahuilah setelah kamu selesai membuat rumah dan pura milik kami, kami juga akan membuatkanmu rumah yang besar dan sangat indah," kata Kepala Desa berbohong.
Kebo lwa sangat senang mendengarnya, "Benarkah?" tanyanya meyakinkan. Tidak ada kecurigaan sedikit pun darinya. la semakin semangat membantu penduduk desa. Hanya dalam beberapa hari, rumah-rumah dan pura milik penduduk selesai dikerjakan dan sudah tegak berdiri. Sekarang pekerjaannya hanya tinggal menggali sumur besar.
Pekerjaan ini memakan waktu cukup lama, Kebo Iwa menggunakan kedua tangannya yang besar dan kuat untuk menggali tanah sampai dalam. Semakin hari lubang yang dibuatnya semakin dalam. Tubuh Kebo Iwa pun semakin turun ke bawah. la mengaum mengeluarkan semua tenaganya. Tumpukan tanah bekas galian yang berada di mulut lubang pun semakin menggunung.
Dan terus seperti itu Kebo Iwa mengerjakannya sepanjang hari hingga suatu ketika Kebo lwa kelelahan dan berhenti sejenak untuk istirahat dan makan. la makan sangat banyak. Setelah makan ia mengantuk, ia pun tertidur dengan mengeluarkan suara dengkuran yang sangat keras.
Suara dengkuran Kebo Iwa terdengar oleh para penduduk desa yang sedang berada di atas sumur. Para penduduk segera berkumpul di tempat lubang sumur tersebut. Mereka melihat Kebo lwa sedang tertidur pulas di dalamnya.
"Dengar semua..!"seru Kepala Desa kepada warganya. "Mari kita jalankan rencana kita yang telah disepakati sejak awal!" perintahnya memimpin warganya untuk melemparkan batu kapur yang sudah mereka siapkan sebelumnya ke dalam sumur. Mereka terus melemparkan batu kapur itu. Kebo Iwa tidak menyadari dirinya dalam bahaya, karena ia terlelap tidur.
Air di dalam sumur yang bercampur batu kapur sudah mulai meluap dan menyumbat hidung Kebo lwa, barulah raksasa itu tersadar, "Aaaaaaa...." Kebo lwa mengerang kesakitan, "Tolong teriaknya lemah.
Namun, lemparan batu kapur dari para warga semakin banyak. Kebo Iwa tidak dapat berbuat apa-apa. Meskipun memiliki badan sangat besar dan tenaga yang sangat kuat, ia tidak mampu melarikan diri dari tumpukan kapur dan air sumur.
Kebo Iwa terkubur hidup-hidup, ia menggelepar-gelepar selama beberapa saat dan menimbulkan gempa sesaat tapi kemudian reda dan diam. Semua penduduk desa mengira Kebo lwa telah tewas terkubur di dalam sumur. Setelahnya air sumur mengalir terus semakin deras. Kemudian air sumur itu membanjiri desa serta membentuk danau. Danau itu kini diketahui bernama Danau Batur. Sedangkan  tanah disamping danau yang tertimbun cukup tinggi membentuk sebuah bukit dan kemudian menjadi sebuah gunung yang dikenal dengan nama Gunung Batur.
"Pesan Moral dari Cerita Rakyat Bali Kebo Iwa dan Danau Batur adalah Kita harus selalu waspada terhadap sesuatu yang bisa mencelakakan diri".

Cerita Rakyat Jawa Timur : Cindelaras

Pada Zaman Dahulu, Di Sebuah Kerajaan Jenggala. Hiduplah Seorang Raja Yang Bernama Raden Putra. Ia Mempunyai Seorang Permaisuri Yang Sangat Baik Hati, Dan Seorang Selir Yang Cantik. Namun, Kecantikan Selir Tidak Sama Seperti Hatinya. Selir Mempunyai Sifat Yang Sangat Iri Pada Permaisuri .
Kedua Istri Raja Tinggal Di Istana Yang Sangat Megah. Selir Mulai Merencanakan Kejahatan Untuk Menggantikan Posisi Permaisuri. Ia Bekerja Sama Dengan Seorang Tabib Istana, Untuk Melaksanakan Rencananya.
Suatu Hari, Selir Raja Pura-Pura Sakit. Raja Segera Memanggil Tabib. Setelah Memeriksa Keadaan Selir, Raja Pun Menanyakan Apa Yang Terjadi.
‘’ Paduka, Ada Seseorang Yang Sudah Menaruh Racun Pada Minuman Selir.’’ Jawab Tabib.
‘’ Siapa Yang Berani Melakukan Ini Kepada Selirku?’’ Tanya Sanga Raja.
‘’ Yang , Melakukan Ini Pada Ku Adalah Permaisuri Mu Sendiri. Sepertinya Permaisuri Ingin Membunuhku, Agar Kasih Sayang Baginda Hanya Kepadanya, Dan Kekuasaan Kerajaan Jatuh Ke Tangannya.’’ Jawab Selir Raja.
Dongeng Cerita Rakyat Indonesia Cindelaras

Mendengar Yang Di Katakana Selir, Raja Sangat Marah Dan Langsung Memerintahkan Patih Untuk Mengusir Permaisuri Yang Sedang Mengandung Dan Membunuhnya Di Hutan. Patih Pun Langsung Membawa Permaisuri Pergi Ke Hutan Belntara. Namun, Patih Yang Sangat Bijak Itu Tidak Membunuh Permaisuri. Ia Tahu Ini Rencana Jahat Selir Tersebut. Patih Pun Menangkap Seekor Kelinci.
‘’ Permaisuri, Aku Tidak Akan Membunuhmu. Namun, Hamba Akan Memberitahukan Kepada Raja, Bahwa Anda Sudah Hamba Bunuh, Dan Untuk Membuat Raja Dan Selir Tuan Putri Sudah Mati. Hamba Akan Membunuh Seekor Kelinci Ini, Dan Melumuri Darahnya Pada Selendang Milik Permaisuri Dan Pedang Hamba.’’ Ujar Sang Patih.
‘’ Aku Sangat Berterima Kasih Patih, Karena Kau Tidak Membunuhku Dan Membiarkan Aku Hidup.’’ Jawab Permaisuri.
‘’ Permaisuri, Saya Terpaksa Harus Meninggalkan Mu Di Hutan Belantara Ini Seorang Diri. Hamba Mohon Maap Karena Tidak Bisa Menemani.’’ Kata Patih.
Setelah Beberapa Bulan Permaisuri Tinggal Di Dalam Hutan, Ia Pun Melahirkan Seorang Anak Laki-Laki. Anak Itu Di Beri Nama Cindelaras. Cindelaras Tumbuh Menjadi Anak Yang Cerdas Dan Tampan. Sejak Kecil Ia Sudah Terbiasa Berteman Dengan Binatang.
Suatu Hari, Cindelaras Sedang Asik Bermain. Tiba-Tiba, Seekor Rajawali Menjatuhan Sebutir Telur Tepat Di Sebelah Cindelaras. Cindelaras Langsung Mengambil Telur Itu Dan Menetaskannya. Tiga Minggu Kemudian, Menetaslah Telur Tersebut Menjadi Seekor Anak Ayam Yang Lucu.Cindelaras Merawat Ayam Tersebut Dengan Sangat Baik. Tubuh Ayam Itu Terlihat Kuat Dan Kekar, Paruhnya Kokoh Dan Runcing Seperti Paruh Burung Rajawali. Kedua Kakinya Kekar Berotot Dan Memiliki Kuku Yang Runcing Tajam Seperti Kuku Rajawali. Namun, Suara Kokoknya Sangat Berbeda Dengan Ayam-Ayam Lainnya. Suara Kokoknya Sangat Aneh, ‘’ Kukuruyuk, Tuanku Cindelaras, Rumahnya Di Dalam Hutan Belantara, Atap Rumahnya Terbuat Dari Daun Kelapa, Ayahnya Raden Putra Raja Jenggala.” Bunyi Kokok Ayam Cendelaras.
Cindelaras Sangat Terkejut Dan Langsung Menunjukannya Kepada Ibunya. Permaisuri Pun Merasa Sangat Terkejut Mendengar Suara Kokok Si Ayam. Ia Pun Langsung Menceritakan Siapa Ayahnya Dan Mengapa Mereka Tinggal Di Dalam Hutan. Mendengar Cerita Ibunya, Cindelaras Memutuskan Untuk Pergi Ke Istana Untuk Bertemu Ayahnya.
Awalnya Ibunya Tidak Mengijinkan Cindelaras Pergi. Namun, Ia Terus Memaksa. Setelah Ibunya Mengijinkannya Pergi. Ia Langsung Berangkat Di Temani Ayam Jantannya. Namun, Di Tengah Perjalanan Cindelaras Bertemu Dengan Orang-Orang Yang Sedang Mengadu Ayam. Mereka Melihat Cindelaras Membawa Ayam Jagonya Dan Mengajaknya Ikut Menguji Kehebatan Ayamnya.
‘’ Hei Kau, Apakah Berani Adu Ayam Dengan Ayam Jago Ku Yang Kuat Ini?’’ Ujar Mereka.
‘’ Baiklah.’’ Jawab Cindelaras.
Dongeng Cerita Rakyat Indonesia Cindelaras dari Jawa timur

Ternyata, Ayam Jantan Milik Cindelaras Dapat Mengalahlan Lawan Setelah Beberapa Kali Di Adu. Namun, Ayamnya Tidak Dapat Di Kalahkan.
Berita Tentang Kehebatan Ayam Jantannya Cindelaras Terdengar Hingga Teling Raja Raden Putra. Raja Langsung Menyruh Hulubalangnya Mengundang Cindelaras Datang Ke Istana. Cindelaras Pun Sampai Istana.
‘’ Paduka, Hamba Menghadapmu.’’ Kata Cindelaras Dengan Sopan.
‘’ Anak Ini Sangat Tampan Dan Cerdas, Sepertinya Ia Bukan Dari Kalangan Rakyat Biasa.’’ Ujarnya Dalam Hati.
Akhirnya, Di Adulah Ayam Jantan Milik Cndelaras Melawan Ayam Jantan Milik Raja. Namun, Raja Mengajukan Satu Syarat Kepada Cindelaras. Jika Ia Kalah, Ia Harus Bersedia Menyerahkan Ayam Jantannya Dan Kepalanya Di Pancung. Namun, Jika Ia Menang. Raja Raden Putra Akan Memberikan Setengah Kekayaannya.
Dua Ekor Ayam Jantan Bertarung Dengan Sangat Gagah. Dalam Beberapa Menit, Ayam Jantan Milik Cindelaras Dapat Mengalahkan Ayam Jantan Milik Raja. Penonton Pun Bersorak Memberikan Selamat Kepada Cindelaras.
‘’ Baiklah, Aku Mengaku Kalah. Akan Ku Serahkan Setengah Kekayaan Ku Menjadi Milik Mu Cindelaras. Namun, Siapa Kamu Sebenarnya’’ Ujarnya Sang Raja.
Cindelaras, Langsung Membungkuk Dan Membisikka Sesuatu Kepada Ayamnya. Beberapa Menit Kemudian. Ayam Jantan Tersebut Mengeluarkan Suara.
“Kukuruyuk… Tuanku Cindelaras, Rumahnya Di Dalam Hutan, Atapnya Terbuat Dari Daun Kelapa, Ayahnya Raden Putra…,” Ayam Jantan Itu Berkokok Berulang-Ulang.
Raden Putra Sangat Terkejut Mendengar Suara Kokok Ayam Cindelaras.
‘’ Benarkah Itu ?’’ Tanyanya Dengan Sangat Heran Dan Penasaran.
‘’ Benar Sekali Baginda. Hamba Cindelaras, Putra Dari Permaisuri Baginda.’’ Jawabnya Dengan Tegas.
Raja Raden Putra, Langsung Memangil Patih. Patih Pun Langsung Menceritakan Kebenarannya.
‘’ Aku Sudah Melakukan Kesalahan Dan Memberikan Hukuman Kepada Permaisuri Yang Tidak Bersalah. Aku Akan Memberikan Hukuman Yang Setimpal Kepada Selir’’ Ucapnya Menyesal.
Raja Raden Putra Langsung Memeluk Cindelaras Dan Meminta Maap Atas Semua Kesalahannya Itu. Raden Putra, Patih Dan Hulubalang Langsung Pergi Ke Hutan Dan Menjemput Permaisuri.
Akhirnya Raja Raden Putra, Permaisuri Dan Cindelaras Hidup Bersama Dan Bahagia. Setelah Raden Putra Meninggal. Cinderalaslah Yang Menggantikan Ayahnya Sebagai Raja. Ia Memimpin Kerajaan dengan Adil Dan Bijaksana.
"Pesan moral dari Dongeng Cerita Rakyat Indonesia Cindelaras adalah jika kita berbuat jahat maka kita akan mendapatkan buah dari sifat jahat itu di kemudian hari, begitu juga jika kita melakukan sebaliknya. Jauhilah sifat suka berjudi karena hanya akan merugikan diri kita"

Cerita Rakyat Sulawesi Utara : Ratu Adioa

Suatu hari Ratu Wulanwanna menantang keberanian empat sahabatnya untuk membunuh orang tua mereka, "Jika orang tua kita meninggal, uang mereka akan menjadi milik kita!" serunya bahagia. Empat dari lima sekawan itu langsung membunuh orang tua mereka, kecuali Ratu Adioa. Dia tidak bisa melakukannya, karena ia sangat menyayangi kedua orangtuanya.



Kumpulan Cerita Cerita Rakyat Nusantara Ratu Adioa Dan Empat Sahabatnya

Kisah ini datangnya dari daerah Sulawesi Utara, hiduplah lima orang sahabat yang sangat setia satu sama lain, di antara kelima sahabat itu dua diantaranya bernama Ratu Wulanwanna dan Ratu Adioa.
Ratu Adioa berpikir keras untuk menyelamatkan orang tuanya. Akhirnya, ia sembunyikan ayah dan ibunya di sebuah gua yang tak seorang pun tahu. Suatu ketika, datanglah tiga kapal asing membawa harta karun ke desa mereka. Pemilik kapal itu menantang para penduduk untuk menjawab teka- teki yang ia berikan, jika teka-teki itu berhasil dijawab dengan benar maka bahwa ia akan memberikan kapalnya.
"Apa teka-tekinya?" tanya salah seorang dari penduduk desa.
Pemilik kapal itu tersenyum dan menjawab, "Teka-teki itu berupa pertanyaan yaitu bagaimana membedakan tengkorak laki-laki dengan perempuan? Bagaimana membedakan anak ayam jantan dengan betina dan Bagaimana mengetahui air dalam ember adalah air tawar atau air taut? Itulah pertanyaannya!" jelas pemilik kapal itu.
Kemudian empat sahabat Ratu Adioa gagal menjawab, sementara itu Ratu Adioa pulang dan meminta bantuan orang tuanya. Ayahnya menyuruhnya menusuk tengkorak manusia dengan lidi. Jika lurus, maka itu tengkorak laki-laki. Jika bengkok, itu tengkorak perempuan. Dan soal anak ayam, jika menengadah ketika diberi makan beras berarti ia jantan. Kalau menunduk berarti anak ayam betina. Terakhir air dalam ember itu jika beriak maka itu adalah air taut, namun jika tidak beriak maka itu air tawar. Kemudian Ratu Adioa menjawab semua pertanyaan itu dengan benar, maka dia berhak mendapatkan kapal dan semua harta karunnya. Lalu ia persembahkan harta itu kepada orangtuanya. Sementara empat sahabatnya sangat menyesal telah membunuh orang tua mereka.

Pesan moral dari cerita rakyat Sulawesi Utara Ratu Adioa adalah Orang tua adalah sumber kasih sayang dan selalu melindungi anak-anaknya, maka dari itu, kita harus selalu menjaga orang tua kita dan jangan menyakitinya.

Sabtu, 05 September 2015

Timun Mas


Di suatu desa hiduplah seorang janda tua yang bernama mbok Sarni. Tiap hari dia menghabiskan waktunya sendirian, karena mbok Sarni tidak memiliki seorang anak. Sebenarnya dia ingin sekali mempunyai anak, agar bisa membantunya bekerja.
Pada suatu sore pergilah mbok Sarni ke hutan untuk mencari kayu, dan ditengah jalan mbok Sarni bertemu dengan raksasa yang sangat besar sekali. “Hei, mau kemana kamu?”, tanya si Raksasa. “Aku hanya mau mengumpulkan kayu bakar, jadi ijinkanlah aku lewat”, jawab mbok Sarni. “Hahahaha.... kamu boleh lewat setelah kamu memberiku seorang anak manusia untuk aku santap”, kata si Raksasa. Lalu mbok Sarni menjawab, “Tetapi aku tidak mempunyai anak”.
Setelah mbok Sarni mengatakan bahwa dia tidak punya anak dan ingin sekali punya anak, maka si Raksasa memberinya biji mentimun. Raksasa itu berkata, “Wahai wanita tua, ini aku berikan kamu biji mentimun. Tanamlah biji ini di halaman rumahmu, dan setelah dua minggu kamu akan mendapatkan seorang anak. Tetapi ingat, serahkan anak itu padaku setelah usianya enam tahun”.
Setelah dua minggu, mentimun itu nampak berbuah sangat lebat dan ada salah satu mentimun yang cukup besar. Mbok Sarni kemudian mengambilnya , dan setelah dibelah ternyata isinya adalah seorang bayi yang sangat cantik jelita. Bayi itu kemudian diberi nama timun emas.
Semakin hari timun emas semakin tumbuh besar, dan mbok Sarni sangat gembira sekali karena rumahnya tidak sepi lagi. Semua pekerjaannya bisa selesai dengan cepat karena bantuan timun emas.
Akhirnya pada suatu hari datanglah si Raksasa untuk menagih janji. Mbok Sarni sangat ketakutan, dan tidak mau kehilangan timun emas. Kemudian mbok Sarni berkata, “Wahai raksasa, datanglah kesini dua tahun lagi. Semakin dewasa anak ini, maka semakin enak untuk di santap”. Si Raksasa pun setuju dan meninggalkan rumah mbok Sarni.
Waktu dua tahun bukanlah waktu yang lama, karena itu tiap hari mbok Sarni mencari akal bagaimana caranya supaya anaknya tidak dibawa si Raksasa. Hati mbok Sarni sangat cemas sekali, dan akhirnya pada suatu malam mbok Sarni bermimpi. Dalam mimpinya itu, ia diberitahu agar timun emas menemui petapa di Gunung.
Pagi harinya mbok Sarni menyuruh timun emas untuk segera menemui petapa itu. Setelah bertemu dengan petapa, timun emas kemudian bercerita tentang maksud kedatangannya. Sang petapa kemudian memberinya empat buah bungkusan kecil yang isinya biji mentimun, jarum, garam, dan terasi. “Lemparkan satu per satu bungkusan ini, kalau kamu dikejar oleh raksasa itu”, perintah petapa. Kemudian timun meas pulang ke rumah, dan langsung menyimpan bungkusan dari sang petapa.
Paginya raksasa datang lagi untuk menagih janji. “Wahai wanita tua, mana anak itu? Aku sudah tidak tahan untuk menyantapnya”, teriak si Raksasa. Kemudian mbok Sarni menjawab, “Janganlah kau ambil anakku ini wahai raksasa, karena aku sangat sayang padanya. Lebih baik aku saja yang kamu santap”. Raksasa tidak mau menerima tawaran dari mbok Sarni itu, dan akhirnya marah besar. “Mana anak itu? Mana timun emas?”, teriak si raksasa.
Karena tidak tega melihat mbok Sarni menangis terus, maka timun emas keluar dari tempat sembunyinya. “Aku di sini raksasa, tangkaplah aku jika kau bisa!!!”, teriak timun emas.
Raksasapun mengejarnya, dan timun emas mulai melemparkan kantong yang berisi mentimun. Sungguh ajaib, hutan menjadi ladang mentimun yang lebat buahnya. Raksasapun menjadi terhambat, karena batang timun tersebut terus melilit tubuhnya. Tetapi akhirnya si raksasa berhasil bebas juga, dan mulai mngejar timun emas lagi. Lalu timun emas menaburkan kantong kedua yang berisi jarum, dalam sekejap tumbuhlan pohon-pohon bambu yang sangat tinggi dan tajam. Dengan kaki yang berdarah-darah karena tertancap bambu tersebut si raksasa terus mengejar.
Kemudian timun emas membuka bingkisan ketiga yang berisi garam. Seketika itu hutanpun menjadi lautan luas. Tetapi lautan itu dengan mudah dilalui si raksasa. Yang terakhir Timun Emas akhirnya menaburkan terasi, seketika itu terbentuklah lautan lumpur yang mendidih, dan si raksasa tercebur di dalamnya. Akhirnya raksasapun mati.
Timun Emas mengucap syukur kepada Tuhan YME, karena sudah diselamatkan dari raksasa yang kejam. Akhirnya Timun Emas dan Mbok Sarni hidup bahagia dan damai.